Sunda dikenal memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang unik. Upacara Serepan Patalekan adalah salah satunya.…
Fakta Unik Tradisi Sunda Hajat Bumi

Tidak terasa 2022 akan segera berakhir dan diganti dengan tahun baru 2023. Nah, biasanya pada perayaan akhir tahun masyarakat Bogor dan sekitarnya akan menyelenggarakan tradisinya. Tradisi Sunda Hajat bumi yang merupakan salah satu tradisi asli dari suku Sunda.
Hingga saat ini, tradisi Hajat Bumi masih diselenggarakan di beberapa desa juga seperti, Karawang, Subang, Lembang, Bandung dan sekitarnya. Maka dari itu, di artikel kali akan membahas lebih lengkap mengenai fakta-fakta unik tradisi sunda Hajat Bumi. Check it out!
Arti dari Tradisi Sunda Hajat Bumi

Tradisi Sunda Hajat Bumi juga disebut dengan tradisi Ngaruwat Bumi yang memiliki arti merawat bumi. Lebih lanjut, ngaruwat adalah bahasa Sunda yang berasal dari kata ruwat yang memiliki arti merawat atau menjaga. Sehingga, istilah dari Tradisi Sunda Hajat Bumi memiliki arti tradisi yang bertujuan untuk mengajak masyarakat sekitar untuk mengumpulkan hasil bumi. Diantaranya yang masih mentah maupun yang sudah diolah juga, sebagai representasi rasa syukur kepada Tuhan. Serta memberikan penghormatan dan menghargai leluhur suku Sunda.
Asal Usul
Faktanya, tradisi Hajat Bumi berasal dari Jagabaya di Ciamis. Biasanya tradisi ini digelar untuk menyambut Tahun Baru Islam atau setahun sekali pada awal bulan Muharram. Lebih lengkapnya, tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur petani desa Jagabaya kepada Tuhan yang Maha Esa atas hasil pertanian atau hasil bumi.
Pada prosesnya, tradisi ini akan ditandai dengan berkumpulnya para warga desa di depan balai desa atau tempat perkumpulan. Lalu membawa makanan hasil pertanian seperti, buah-buahan, kopi, bubur dan juga aneka makanan ringan.
Makanan yang dibawa ini lah yang kemudian dijadikan sebagai sesaji dan akan dimakan oleh sesepuh. Umumnya sesepuh ini berasal dari tokoh agama islam dari Desa Jagabaya, Ciamis.
Persyaratan Menggelar Tradisi Hajat Bumi

Fakta unik dari Tradisi Hajat Bumi yang lain adalah persyaratannya. Jadi, sebelum melaksanakannya, petani disarankan untuk tidak menggarap lahan pertaniannya, karena dipercayai hal tersebut merupakan tindakan melanggar peraturan pelaksanaan hajat bumi.
Bahkan masyarakat juga percaya jika peraturan dilanggar, petani akan mendapatkan nasib sial, bisa berupa lahan pertanian diserang hama, gagal panen, atau kerugian lainnya.
Proses
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa proses tradisi Hajat Bumi ini tidak jauh berbeda dengan proses yang diselenggarakan oleh masyarakat di desa asal munculnya tradisi ini.
Prosesnya diawali dengan mengumpulkan masyarakat di suatu tempat, kemudian masing-masing dari warga membawa hasil pertanian yang sudah diolah maupun belum.
Saat acara dimulai, warga desa akan mulai mencicipi hasil bumi yang sudah dibawa. Setelah itu tokoh agama atau yang disebut dengan sesepuh akan melakukan ritual ziarah, dengan cara menggantungkan hasil bumi di depan pekarangan maupun pada gang rumah warga.
Pada acara puncak tradisi Hajat Bumi, masyarakat akan melakukan arak-arakan keliling kampung yang dipimpin oleh sesepuh, atau tokoh desa lainnya. Masyarakat juga ikut merayakan tradisi Hajat bumi dengan memperebutkan gantungan hasil bumi yang diarak.
Itulah fakta-fakta unik mengenai Tradisi Hajat Bumi, Lapismania! Cukup unik dan juga tradisi ini harus dilestarikan.
BACA JUGA: Cobain, Minuman Khas Bogor Bir Kotjok
Selain, memiliki pengharapan dan tujuan yang bagus yaitu, merepresentasikan rasa syukur serta memberi penghormatan kepada leluhur, Hajat Bumi juga mampu menarik wisatawan lho!
Nah, buat kamu yang tertarik untuk melihat proses tradisi Hajat Bumi, kamu bisa datang di acara akhir tahun yang biasanya diadakan di kota-kota di Jawa Barat saat tahun baru Islam maupun Tahun Baru Masehi. Setelah ikut meramaikan Hajat Bumi, jangan lupa melengkapi perjalanan dari Bogor dengan membawa oleh-oleh Lapis Bogor Sangkuriang ya, Lapismania!