Sunda dikenal memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang unik. Upacara Serepan Patalekan adalah salah satunya.…
Apa itu Tradisi Seren Taun? Ini Dia Penjelasan Selengkapnya!

Indonesia dikenal dengan kekayaan dan keragaman budaya yang dimiliki di setiap daerah. Masih ada berbagai budaya dan tradisi leluhur yang masih dilestarikan hingga sekarang. Seperti halnya di Bogor, daerah tersebut juga masih mempertahankan berbagai budaya leluhur sampai saat ini. Sampai hari ini masyarakat Bogor masih melakukan tradisi Seren Taun. Lalu apa itu tradisi Seren Taun? apa tujuan dilakukannya tradisi Seren Taun?
Baca juga : 10 Tradisi Orang Sunda Jarang Diketahui
Tradisi Seren Taun merupakan salah satu tradisi tahunan yang dilakukan oleh beberapa desa peladang di Sunda. Tradisi ini dilakukan dengan tujuan sebagai salah satu bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala hasil pertanian selama satu tahun. Dengan harapan, doa tersebut bisa meningkatkan hasil pertanian pada musim panen di tahun mendatang.
foto oleh @indonesiana.merahputih
Istilah Seren taun berasal dari kata dalam Bahasa Sunda seren yang berarti serah, seserahan, atau menyerahkan dan taun memiliki arti tahun. Jadi setiap tahunnya, masyarakat akan menyerahkan hasil tani ke dalam lumbung sebagai bentuk syukur kepada Dewi. Menurut sejarahnya, asal mula tradisi Seren Taun diajarkan turun temurun sejak zaman kerajaan Sunda purba seperti kerajaan Pajajaran. Upacara ini berawal dari pemuliaan terhadap Nyi Pohaci Sanghyang Asri, Sang Dewi padi dalam kepercayaan Sunda Kuno.
Bagi Anda para wisatawan yang ingin melihat langsung prosesi tradisi Seren Taun, perlu mengetahui berbagai informasi dari tradisi ini.
Apa itu tradisi Seren Taun?
foto oleh @imanfsy
Tradisi Seren Taun merupakan salah satu tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat peladang di beberapa desa adat Sunda. Tradisi ini selalu mengundang perhatian dari kalangan wisatawan lokal hingga luar kota. Beberapa desa yang masih menggelar tradisi Seren Taun setiap tahunnya, yakni:
- Desa Cigugur, Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.
- Kasepuhan Banten Kidul, Desa Ciptagelar, Cisolok, Sukabumi.
- Desa adat Sindang Barang, Desa Pasir Eurih, Tamansari, Bogor.
- Desa Kanekes, Lebak, Banten.
- Kampung Naga Tasikmalaya.
Tradisi ini menjadi salah satu bentuk syukur para peladang kepada para Dewi, dengan harapan hasil tani di tahun depan juga akan melimpah. Tradisi Seren Taun dilakukan dengan rangkaian upacara penyerahan hasil tani berupa padi ke dalam lumbung atau dalam bahasa Sunda disebut leuit. Terdapat dua leuit yang digunakan untuk melakukan tradisi ini.
Leuit pertama yakni leuit si jimat, leuit ratna inten, atau leuit indung (lumbung utama). Sementara itu, leuit kedua adalah leuit pangiring atau leuit leutik (lumbung kecil). Leuit indung akan digunakan sebagai tempat menyimpan padi ibu yang ditutupi kain putih dan pare bapak yang ditutup kain hitam. Leuit pangiring akan menjadi tempat menyimpan padi yang tidak tertampung di leuit indung. Padi di kedua leuit tersebut digunakan untuk bibit atau benih pada musim tanam yang akan datang.
Menurut sejarahnya, tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman Kerajaan Sunda purba, seperti Kerajaan pajajaran. Masyarakat agraris kuno saat itu sangat memuliakan kekuatan lama yang memberikan kesuburan tanaman dan ternak. Kekuatan alam tersebut diwujudkan oleh Nyi Pohaci Sanghyang Asri, sang dewi padi dan kesuburan.
Ritual upacara Tradisi Seren Taun
foto oleh @jalanjalanjuni
Selain menaruh padi di dalam lumbung, masih ada rangkaian upacara yang tidak kalah menarik. Rangkaian upacara tradisi Seren Taun memang selalu berbeda-beda di setiap tahunnya. Namun, upacara tersebut memiliki prosesi yang sama, yakni penyerahan padi hasil panen dari masyarakat kepada ketua adat.
Biasanya, tradisi Seren Taun akan diawali dengan prosesi mengambil air suci dari beberapa sumber mata air yang dikeramatkan. Biasanya, air yang diambil berasal dari tujuh mata air yang disatukan dalam satu wadah, didoakan, lalu dicipratkan kepada setiap orang yang hadir untuk membawa berkahnya.
Puncak acara tradisi Seren Taun biasanya dibuka sejak pukul 08.00, diawali prosesi ngajayak (menyambut atau menjemput padi). Kemudian, dilanjutkan dengan tiga pagelaran kolosal, yakni tari butung, angklung baduy, dan angklung buncis yang akan dimainkan berbagai pemeluk agama dan kepercayaan warga Cigugur.
Demikian adalah penjelasan dan tujuan dari tradisi Seren Taun. Bagaimana? Anda tertarik untuk melihatnya?